BNPB : Kejadian Banjir di Sulsel Selama 10 Tahun Terakhir Meningkat Dua Kali Lipat

Ilustrasi Banjir

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kejadian bencana banjir di Sulawesi Selatan (Sulsel) meningkat dalam periode 10 tahun terakhir. Bahkan, sudah tiga minggu sejak akhir bulan Desember 2022 lalu, Sulsel masih dikepung banjir.


Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari pun mengungkapkan jika dilihat dari sejarah kejadian bencana selama 10 tahun terakhir di wilayah Sulsel, cuaca ekstrem, banjir, dan tanah longsor sangat dominan.


“Kita lihat dulu yang di Sulawesi Selatan ini, kalau kita ambil historis kejadian bencana dalam 10 tahun terakhir, satu provinsi ini memang cuaca ekstrem dominan sekali, kemudian membawa banjir dan tanah longsor, kemudian meninggal dan hilang itu paling banyak dari banjir,” kata Aam sapaan akrabnya dikutip keterangannya


Meskipun, kata Aam, rumah rusak akibat terbanyak akibat bencana puting beliung. “Tapi kalau grafik rumah rusak akibat bencana itu paling dominan karena puting beliung dalam dua minggu atau minggu terakhir di bulan di Tahun 2022," tuturnya.


“Puting beliung juga cukup mendominasi dan mengakibatkan bahkan ada satu korban jiwa ya kalau bisa kita lihat kebelakang,” tandasnya.


Aam pun mengungkapkan, data bahwa sejak tahun 2012 hingga 2017 frekuensi kejadian bencana di Sulsel hanya dibawah 100 kali. Namun, pada tahun 2018 hingga 2022 kejadian bencana meningkat hampir dua kali lipat.


“Nah kalau kita lihat satu provinsi ada peningkatan cukup signifikan sebenarnya dari Sulawesi Selatan ini dari tahun 2018. Nah ini coba kita lihat apa yang mendorong atau mentrigger atau menginduksi sehingga frekuensi kejadian bencana kalau kita lihat dari 2012 sampai 2017 itu dibawah 100 kali bencana per tahun, tetapi tiba-tiba di 2018 dua kali lipat. Apakah ini sistem pelaporan atau memang fenomenanya secara natural lebih tinggi, karena kalau kita lihat sejak 2018 sampai sekarang ya rata-rata dominannya itu diatas 140 kali kejadian,” ungkap Aam.


Meski begitu, Aam mengatakan kejadian banjir di Sulsel selama 10 tahun terakhir banyak terjadi di bulan Mei, Juni, Juli, Agustus. Artinya, kata Aam, terjadi fluktuasi ketika di bulan Desember dan Januari ini Sulsel masih dilanda banjir.


“Yang menarik disini kalau misalkan kita lihat di historis kejadian bencana dalam 10 tahun terakhir ini, banjir itu sebenarnya kalau dominannya bukan di Januari-Februari meskipun ini memang agak tinggi bisa 15 kali kejadian perbulan. Tapi yang harus kita waspadai malah justru di Mei Juni Juli sampai Agustus, itu fluktuasinya,” tandasnya.

Share on Google Plus

0 comments:

Posting Komentar